20/09/2024

Warta5.com

cerdas mewartakan

Petani Karet Kian Merana

1 min read

[ A+ ] /[ A- ]

MARTAPURA – Berbagai masalah terus menerpa petani karet di Sumatera Selatan (Sumsel), khususnya Kabupaten OKU Timur. Tak hanya harga karet yang terpuruk, jumlah produksi petani juga anjlok.

Tingginya curah hujan membuat petani kesulitan menyadap getah di pagi hari. Padahal, penyadapan karet bagusnya dilakukan pada pagi hari.

“Kalau sudah siang, tidak bagus, getahnya susah mengalir,” ujar Parlin, salah seorang petani karet di Jati Mulyo, Kecamatan BMR, Selasa (12/4/2016).

Pihaknya sebenarnya sudah mengakali dengan menyadap di sore hari apabila pagi turun hujan. “Tapi kadang (sore hari, red) hujan turun juga,” terangnya.

Akibatnya, jumlah getah yang diperoleh berkurang drastis.

Kondisi tersebut diperparah dengan harga karet yang terjun bebas. Jika sebelumnya dijual Rp7.200 per kilogram, kini menjadi Rp5.800 per kilogram. Anjloknya harga karet otomatis membuat penghasilan mereka turun drastis.

Namun, pihaknya tidak tahu pasti apa penyebab turunnya harga karet. “Kami tidak tahu persis penyebab harga karet turun,” tambah Edison, petani karet Desa Harapan Makmur, Semendawai Timur.

Jatuhnya harga jual karet menambah beban para petani. Sementara biaya kebutuhan pokok sehari-hari masih tinggi.

”Harga jual karet murah, bahan-bahan pokok naik. Sehingga membuat pusing kepala saya kalau terus dipikirkan,” keluhnya.

Senada diutarakan Armain (49), petani karet lainnya.

Menurutnya, selain harga karet murah, getah yang dihasilkan pun tidak banyak meskipun sudah diguyur hujan.

”Jadi ibarat kata, saat ini kami sudah jatuh tertiban tangga pula. Harga murah, getah yang didapat pun sedikit,” ungkapnya seperti disitat KBK dari Sumatera Ekspress.

Copyright © All rights reserved. | Newsphere by AF themes.