20/09/2024

Warta5.com

cerdas mewartakan

Nasib Rakyat Kurdi Pasca Referendum

2 min read

[ A+ ] /[ A- ]

ERBIL – Fauziah Hakim Ahmad, 67 tahun, duduk di atas selimut cokelat tipis yang diletakkan di lantai berdebu di sebuah rumah terbengkalai di pinggiran Kota Erbil.

“Kemana kita harus pergi sekarang?” Fauziah bertanya. “Mereka datang ke rumah kita dan membakar semua barang-barang.”

Fauziah adalah satu dari puluhan ribu orang yang melarikan diri dari Kirkuk awal pekan ini. Mereka takut dianiaya Angkatan Bersenjata Irak yang berusaha merebut kembali wilayah minyak tersebut, setelah referendum pemisahan orang Kurdi yang ditolak oleh pemerintah federal Irak di Baghdad.

“Banyak yang terjadi pada kami, kini kami tidak memiliki rumah sendiri, kami bahkan tidak tahu apakah kami masih memiliki rumah atau barang-barang,” ungkapnya sedih.

“Sejak saya masih kecil, saya belum pernah merasakan ketenangan dan kebahagiaan. Hanya ada perang dan perang,” imbuhnya

Senin dan Selasa kemarin, pasukan pemerintah pusat dan milisi sekutu menyapu Kirkuk, sebuah kota berpenduduk multi etnis yang memiliki lebih dari satu juta orang dan pusat daerah penghasil minyak utama, yang sebagian besar awalnya dikuasai pasukan Peshmerga Kurdi.

Unit yang menyerang memukul mundur Pejuang Peshmerga dari daerah yang sebelumnya dikuasai Kurdi di provinsi Niniwe dan Diyala.

Nawzad Hadi, gubernur Erbil, ibukota Pemerintah Daerah Kurdistan (KRG), mengatakan kepada wartawan pada hari Kamis bahwa sekitar 18.000 keluarga dari Kirkuk dan kota Tuz Khurmatu di sebelah tenggara telah berlindung di Erbil dan Sulaimaniyah, di dalam wilayah KRG.

Seorang pembantu Hadi mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa jumlah total pengungsi adalah sekitar 100.000 orang. Angka tersebut tidak dapat diverifikasi secara independen, dan di lingkungan Kurdi, Kota Kirkuk tampaknya situasi berjalan normal, lapor Reuters.

Hemin Hawrami, asisten senior Presiden KRG Masoud Barzani, mengatakan dalam sebuah posting di Twitter bahwa 57.000 keluarga dari Kirkuk membutuhkan “bantuan segera” setelah tiba di provinsi Erbil, Sulaimaniyah dan Duhok.

Dia mengatakan bahwa orang-orang telah melarikan diri dari “kekerasan, penjarahan dan kejahatan” yang ditimbulkan oleh Pasukan Mobilisasi Populer (PMF), unit paramiliter yang sebagian besar terdiri dari milisi Syiah yang dilatih Iran.

Seorang walikota dari kota Khanaqin, Mohammed Mulla Hassan, mengatakan seorang pria Kurdi terbunuh dan enam lainnya terluka oleh pasukan keamanan Irak saat memprotes pengambilalihan tentara di sana.

Seperti dilaporkan Al Jazeera, pasukan Kurdi telah meninggalkan Khanaqin, dekat perbatasan dengan Iran, pada hari Selasa untuk menghindari bentrokan dengan pasukan Irak yang maju.

Copyright © All rights reserved. | Newsphere by AF themes.