21/09/2024

Warta5.com

cerdas mewartakan

Ibu Ini Dihukum Ringan karena Membunuh Anak Cacatnya karena Cinta

2 min read

[ A+ ] /[ A- ]

GUANGZHOU – Seorang ibu berusia 83 tahun berhadapan dengan pengadilan di Guangzhou, setelah mengaku membunuh anak laki-lakinya yang cacat berusia 46 tahun.

Wanita bermarga Huang ini mengaku setengah abad dia merawat anaknya itu dan selama ini ia tidak menyerah mengurusnya.

Pada persidangan, (21/92017) dia menjelaskan, mengapa dia memutuskan untuk membunuh anaknya sendiri.

“Saya semakin tua dan lemah dan saya takut saya mati duluan dan anak saya tidak memiliki siapa pun untuk merawatnya,” kata Huang. “Saya berjuang melawan keputusan ini selama seminggu akhirnya saya memutuskan untuk memberinya pil tidur.”

Ketika ditanya mengapa beberapa anggota keluarga lainnya tidak bisa mengurus anaknya, Huang menjawab bahwa dia tidak ingin mewariskan beban berat itu kepada orang lain.

“Akulah yang melahirkannya dan membuatnya menderita,” katanya. “Saya lebih suka membunuhnya daripada membiarkan dia dirawat orang lain.”

“Mengakhiri hidupnya yang menyakitkan lebih baik daripada membiarkannya menderita lagi,” lanjutnya. “Dia adalah anak saya, saya tidak pernah membenci atau mengabaikannya, saya tidak pernah berpikir untuk menyerah pada dia sebelumnya, tapi selama dua tahun terakhir kesehatan saya semakin memburuk.”

Anak Huang lahir prematur dengan cacat mental dan fisik yang parah sehingga membuatnya tidak bisa berbicara, berjalan atau hidup sendiri. Selama bertahun-tahun, otot-ototnya atrophi dan kondisinya semakin memburuk, artinya ibunya harus meluangkan lebih banyak waktu untuk merawatnya.

Sekitar 9 Mei lalu, dia memberi makan anak laki-lakinya yang berusia 46 tahun dengan 60 butir obat tidur, kemudian ia memasukkan kapas ke hidungnya dan mencekiknya dengan syal sampai dia berhenti bernapas. Keesokan harinya, dia menyerahkan diri ke polisi.
 
Sebelumnya teman-teman Huang sempat menyarankan agar dia memberikan anaknya ke fasilitas kesejahteraan, Huang berkeras tidak ada yang bisa merawat anaknya lebih baik dari yang dia bisa.

Ketika Huang memasuki usia 47 tahun, dia memutuskan untuk berhenti berkerja, sehingga dia bisa meluangkan lebih banyak waktu untuk merawat anaknya.

Di pengadilan, keluarga Huang membela tindakannya, menjelaskan bahwa setelah pengabdian tanpa pamrih selama 46 tahun, dia telah dipaksa membuat keputusan mengerikan untuk mengakhiri kehidupan anaknya sendiri.

“Kejahatan ibu saya sama sekali tidak seperti pembunuhan,” anak sulung Huang memberikan kesaksian di pengadilan.

“Dia hanya ingin mengakhiri penderitaannya. Di dalam hatinya, dia tidak ingin menyakiti adik laki-laki saya.”

Pada akhirnya, pengadilan memberi Huang hukuman penjara tiga tahun yang ditangguhkan dengan hakim yang menjelaskan bahwa meskipun dia melanggar hukum, dia tetap berhak menerima belas kasihan.

“Alih-alih pembunuhan karena kebencian, ini adalah pembunuhan karena cinta, namun hak untuk hidup adalah hak seseorang yang paling penting. Tidak ada yang bisa mengambilnya, termasuk orang tua,” kata hakim tersebut seperti dikutip KBK dari Shanghaiist.

Copyright © All rights reserved. | Newsphere by AF themes.