19/09/2024

Warta5.com

cerdas mewartakan

Di Antara Badai Danau dan Tantangan Pertanian

2 min read

[ A+ ] /[ A- ]

https://youtube.com/shorts/D8-Hhj8vJI0?si=fdsP1ZmpRMuys0D-

Di tengah hujan gerimis, Danau Diatas yang biasanya tenang mulai beriak. Zal, seorang lelaki paruh baya yang dikenal baik oleh warga sekitar, memarkirkan motornya di depan Kafe Buya untuk menikmati bakpao cokelat favoritnya. Dari tempat duduknya, mata Zal tertuju pada danau yang terlihat jelas dari kafe.

“Kalau terus begini, nanti malam ikan di danau akan berontak,” ujarnya sambil menunjuk ke arah danau yang diselimuti kabut.

Zal menceritakan bahwa setelah badai mereda, biasanya ikan-ikan di danau akan keluar dari persembunyian. Bagi penduduk sekitar, ini adalah kesempatan emas untuk memanen ikan. Zal sendiri pernah menangkap hingga dua karung ikan dalam semalam ketika kondisi seperti ini. Ikan yang ditangkap pun beragam, mulai dari ikan Kalai, Karuwai, Lele, hingga udang lobster yang menjadi sumber penghasilan tambahan bagi warga sekitar Danau Diatas.

Meskipun menangkap ikan telah menjadi alternatif untuk mencari rezeki, penduduk sekitar Danau Diatas pada dasarnya adalah petani. Di kawasan Alahan Panjang, Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, pertanian merupakan sektor utama. Wilayah ini dikenal sebagai sentra produksi sayuran seperti kentang, kol, wortel, cabai, dan bawang, yang hasilnya tidak hanya memenuhi kebutuhan masyarakat Sumatera Barat tetapi juga dipasok ke provinsi tetangga seperti Jambi dan Riau.

Zal sendiri menanam 5000 bibit tomat dengan modal sekitar Rp15 juta. Namun, saat panen tiba, harga tomat yang hanya Rp1000 per kilogram membuatnya harus menerima kenyataan pahit. “Dengan harga tomat seperti ini, saya hanya mendapatkan sekitar Rp10 juta dari hasil panen,” katanya dengan nada kecewa. Ini berarti Zal merugi sekitar Rp5 juta dari panen kali ini.

Dengan empat anak yang semuanya masih bersekolah, penghasilan dari bertani saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup Zal. Oleh karena itu, Zal pun memutuskan untuk kembali ke danau, tempat di mana ia dikenal sebagai ahli dalam menangkap ikan besar.

Beberapa waktu lalu, jaring pukat Zal sempat rusak karena ditabrak ikan besar. Tidak menyerah, Zal pergi ke Kota Padang untuk membeli jaring yang lebih kuat. Berkat jaring baru tersebut, ia berhasil menangkap lima ekor ikan Kalai besar, masing-masing seberat sekitar 5 kg yang dihargai Rp300 ribu per ekor oleh pembeli. “Alhamdulillah, hasil dari menangkap ikan bisa membantu di tengah terpuruknya harga pertanian,” ucap Zal dengan rasa syukur.

Sumatera Barat

Sumatera Barat dikenal sebagai salah satu wilayah penghasil komoditas pertanian utama di Indonesia. Di daerah seperti Alahan Panjang dan Lembah Gumanti, pertanian sayuran seperti kentang, kol, wortel, cabai, dan bawang menjadi tulang punggung ekonomi masyarakat. Meskipun begitu, fluktuasi harga komoditas sering kali menjadi tantangan bagi para petani.

Di sisi lain, peluang dari pasar ikan, terutama di sekitar Danau Diatas, cukup menjanjikan. Selain memenuhi kebutuhan lokal, ikan-ikan dari danau ini memiliki potensi besar untuk dijual ke pasar yang lebih luas, bahkan hingga ke luar Sumatera Barat. Dengan pemanfaatan teknologi yang lebih baik dan akses ke pasar yang lebih luas, sektor perikanan ini dapat menjadi sumber penghasilan yang signifikan bagi masyarakat sekitar, terutama di saat harga komoditas pertanian sedang turun.

Copyright © All rights reserved. | Newsphere by AF themes.